Minggu, 01 Juli 2018

Regulasi Penggunaan Pewarna Makanan di Indonesia



Hasil gambar untuk food colorANT
Ilustrasi. Sumber: https://tinyurl.com/y96m88p5
Makanan selain mengenyangkan dapat memenuhi kepuasan emosional. Dalam memilih suatu makanan parameter pertama yang terlihat dan dapat dinilai adalah warna. Warna pada makanan dapat mencerminkan persepsi rasa (contoh bila warna oranye maka konsumen berasumsi bahwa rasa makanan itu adalah jeruk), warna juga dapat menentukan kualitas suatu makanan (kesegaran, kematangan, kerusakan dll). Selain itu, warna juga menunjukkan suatu keaslian produk tersebut. Maksudnya konsumen yang cerdas dapat menilai apakah makanan menggunakan pewarna tambahan atau tidak.
Di Indonesia penggunaan pewarna diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor 37 tahun 2013 tentang Batas Maksimum Penggunaan Pewarna. Secara harafiah pewarna (colour) adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna baik secara alami dan secara sintetis, yang ketika ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan mampu memberi atau memperbaiki warna. Jenis pewarna bahan pangan dibagi menjadi dua, yaitu pewarna alami (natural food colour) adalah pewarna yang dibuat melalui proses ekstraksi, isolasi, atau derivatisasi (sintesis parsial atau diturunkan) dari tumbuhan, hewan, mineral atau sumber alami lain, termasuk jenis pewarna identik alami. Pewarna sintetis (synthetic food colour) adalah pewarna yang diperoleh dengan disintesis secara kimiawi.

Jenis BTP pewarna alami beserta (Acceptable Daily Intake) ADI masing-masing yang diperbolehkan terdiri atas:
1. Kurkumin CI. No. 75300 (Curcumin): 0-3 mg/kg berat badan
2. Riboflavin (Riboflavins): 0-0,5 mg/kg berat badan
3. Karmin dan ekstrak cochineal CI. No. 75470 (Carmines and cochineal
extract): 0-5 mg/kg berat badan dan tidak dinyatakan (toksisitas rendah dan tidak mengganggu kesehatan)
4. Klorofil CI. No. 75810 (Chlorophyll): tidak dinyatakan
5. Klorofil dan klorofilin tembaga kompleks CI. No. 75810 (Chlorophylls
and chlorophyllins, copper complexes): 0-15 mg/kg berat badan
6. Karamel I (Caramel I – plain): tidak dinyatakan
7. Karamel III amonia proses (Caramel III - ammonia process): 0–200 mg/kg berat badan (dalam bentuk cair) atau 0-150 mg/kg berat badan (dalam bentuk padatan)
8. Karamel IV amonia sulfit proses (Caramel IV - sulphite ammonia
process): 0–200 mg/kg berat badan (dalam bentuk cair) atau 0-150 mg/kg berat badan (dalam bentuk padatan)
9. Karbon tanaman CI. 77266 (Vegetable carbon): tidak dinyatakan
10. Beta-karoten (sayuran) CI. No. 75130 (Carotenes, beta (vegetable)): tidak dinyatakan
11. Ekstrak anato CI. No. 75120 (berbasis bixin) (Annatto extracts, bixin
based): 0-12 mg/kg berat badan (sebagai bixin)
12. Karotenoid (Carotenoids): 0-5 mg/kg berat badan
13. Merah bit (Beet red): tidak dinyatakan
14. Antosianin (Anthocyanins): 0-2,5 mg/kg berat badan
15. Titanium dioksida CI. No. 77891 (Titanium dioxide): Tidak dinyatakan

Jenis BTP pewarna sintetis beserta (Acceptable Daily Intake) ADI masing-masing yang diperbolehkan terdiri atas:
1. Tartrazin CI. No. 19140 (Tartrazine): 0 – 7,5 mg/kg berat badan
2. Kuning kuinolin CI. No. 47005 (Quinoline yellow): 0 – 5 mg/kg berat badan
3. Kuning FCF CI. No. 15985 (Sunset yellow FCF): 0 – 4 mg/kg berat badan
4. Karmoisin CI. No. 14720 (Azorubine (carmoisine)): 0 – 4 mg/kg berat badan
5. Ponceau 4R CI. No. 16255 (Ponceau 4R (cochineal red A)): 0 – 4 mg/kg berat badan
6. Eritrosin CI. No. 45430 (Erythrosine): 0 – 0,1 mg/kg berat badan
7. Merah allura CI. No. 16035 (Allura red AC): 0 – 7 mg/kg berat badan
8. Indigotin CI. No. 73015 (Indigotine (indigo carmine)): 0 – 5 mg/kg berat badan
9. Biru berlian FCF CI No. 42090 (Brilliant blue FCF): 0 -12,5 mg/kg berat badan
10. Hijau FCF CI. No. 42053 (Fast green FCF): 0 – 25 mg/kg berat badan
11. Coklat HT CI. No. 20285 (Brown HT): 0 – 1,5 mg/kg berat badan

BTP pewarna di atas dilarang dipergunakan untuk:
a. Menyembunyikan penggunaan bahan (satu atau lebih) yang tidak memenuhi persyaratan;
b. Menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi pangan yang baik (CPPB) untuk pangan
c. Menyembunyikan kerusakan bahan atau produk pangan.

Bila terjadi pelanggaran terhadap ketentuan dalam regulasi ini maka dapat dikenai sanksi administratif berupa:
a. Peringatan secara tertulis
b. Larangan mengedarkan produk untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk penarikan kembali produk dari peredaran
c. Perintah pemusnahan, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan keamanan atau mutu
d. Pencabutan izin edar.

Sekian untuk tulisan kali ini apabila ingin mempelajari lebih lanjut dapat dilihat di https://tinyurl.com/y7cnv7v4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar