Minggu, 27 Mei 2018

Manajemen Krisis pada Perusahaan

                Ilustrasi. Sumber: https://tinyurl.com/yctna4lw


Hidup dapat diibaratkan seperti roda yang berputar yang tidak selalu di atas. Kadang di atas dan kadang di bawah. Dalam perusahaan ketika kondisi sedang di bawah, kondisi ini dapat berujung pada kondisi krisis.

Krisis merupakan suatu masa yang kritis yang berkaitan dengan suatu peristiwa yang kemungkinan memiliki pengaruh negatif terhadap perusahaan. Oleh karena itu, keputusan cepat dan tepat perlu dilakukan agar tidak memengaruhi keseluruhan operasional perusahaan. Pengambilan keputusan pasti memerlukan pemrosesan informasi langkah secara berani untuk meminimalkan akibat yang tidak diinginkan. Sebuah krisis cenderung menjadi sebuah situasi yang menghasilkan efek negatif yang memengaruhi organisasi, produknya, dan reputasinya di hadapan publik (Kriyantono, 2006). Pada kondisi yang krisis perlu diatasi dengan keterampilan manajemen, yaitu manajemen krisis. Manajemen krisis ialah salah satu bentuk  dari ketiga bentuk respon manajemen terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal perusahaan (Iriantara, 2004). 

Adapun ciri-ciri dari kondisi krisis dalam suatu perusaaan dapat
 dicontohkan dan dikategorikan sebagai berikut (Kasali, 2005):


Penyebab krisis dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Karena kesalahan dari manusia (human error)
2. Karena teknologi yang gagal
3. Karena alasan sosial (kerusuhan, perang, sabotase, teroris)
4. Karena bencana alam           
5. Karena  manajemen tidak becus


Bentuk-bentuk atau pengelompokan kategori krisis juga dapat dibedakan menurut penyebab krisisnya. Kategori krisis dapat dikelompokkan menjadi:

1.      Krisis teknologi (technological crisis). Dalam era pasca industri ini makin banyak koorporasi yang bergantung pada kemajuan dan keandalan teknologi, sehingga bilamana teknologinya yang diandalkan gagal, maka akibatnya bagi masyarakat akan terasa dahsyat.

2.      Krisis konfrontasi (confrontation crisis). Krisis ini diakibatkan oleh gerakan massa yang melakukan proses dan kecaman terhadap perusahaan.
3.      Krisis tindak kejahatan (crisis of malevolence). Krisis timbul sebagai akibat dari tindakan beberapa orang atau kelompok-kelompok terorganisasi yang ingin berbuat jahat.
4.      Krisis kegagalan manajemen (crisis of management failures). Krisis muncul karena kelompok-kelompok yang diberi kewenangan khusus membuat salah urus atau penyalahgunakan kekuasaan.
5.      Krisis ancaman-ancaman lain (crisis involving other threats to the organization). Dalam perkembangan sekarang ini, krisis dapat berbentuk likuidasi, pencaplokan, dan merger perusahaan

Namun tenang saja, seluruh masalah pasti dapat diatasi dengan berbagai solusi yang mungkin dapat diambil dengan berbagai pertimbangan Berikut merupakan solusi yang dapat dilakukan jika terjadi krisis adalah (Kasali, 2005): 
    1. Identifikasi masalah

    2. Isolasi/pengucilan yang merupakan penyebab dari masalah.

    3. Pemetaan internal-eksternal.

    4. Pilihan strategi, yang dibagi 3 yakni:
        a. Strategi defensif: mengulur waktu, tidak melakukan apa-apa,          membentengi diri dengan kua
        b. Strategi adaptif: mengubah kebijakan, memodifikasi                      operasional, melakukan kompromi, meluruskan citra                      perusahaan
         c. Strategi dinamis (sifatnya makro dan dapat mengubah                     karakter sebuah organisasi): merger dan akuisisi, investasi             baru, menjual saham, meluncurkan produk baru,                             menggandeng kekuasaan, melempar isu baru untuk                         mengalihkan perhatian publik.

Setelah sebuah perusahaan telah menghadapi dan melewati masa krisisnya, maka menjadi penting untuk menghadapi masa depannya agar lebih cerah dan tidak mengulang kembali kejatuhan/ krisis yang pernah menimpa sebelumnya untuk kedua kalinya. Untuk itu, sebuah organisasi perlu merumuskan bersama-sama strategi antisipasi seandainya krisis datang lagi (terstruktur maupun detail)  tergantung pada sumber daya yang dimilikinya, agar tidak jatuh dalam lubang yang sama. Sekian untuk tulisan kali ini.

Referensi:
Kasali, R. 2005. Change! (hlm 89). Jakarta: Gramedia
Kriyantono, 2006. Teknik praktis riset komunikasi (hlm 173-174). Jakarta: Kencana
Iriantara, Y. 2004. Manajemen strategis public relations(hlm 116). Jakarta: Ghalia Indonesia
Mazur, L. dan White, J. 1998. Manajemen krisis, terjemahan Miftah F. Rakhmat. Jurnal ISKI Manajemen Krisis (2), 32  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar