Ilustrasi. Sumber: https://tinyurl.com/yc6pzd9w |
Industri pangan sedang berkembang
pesat di Indonesia maupun di Indoensia. Untuk industri yang mempunyai
persaingan sangat ketat dan inovasi sangat vital, teknologi nano hadir sebagai
potensi bantuan untuk kemajuan dalam produksi makanan berkualitas yang
ditingkatkan sifat-sifat fungsional. Perusahaan yang memanfaatkan teknologi
nano cenderung lebih unggul dibanding perusahan lain yang tidak menggunakan
teknologi nano. Nanoteknologi melibatkan
manipulasi materi pada skala yang sangat kecil, biasanya antara 1 dan 100
nanometer. Benda-benda nano ini terbagi menjadi nano partikel, nanotube, nanofibres,
nanosheets. Banyak senyawa dan unsur-unsur umum mempunyai perilaku yang berbeda
di skala molekular dan atomik. Walaupun banyak kelebihan dari nanoteknologi,
juga terdapat kekhawatiran akan efek-efek negatifnya, baik terhadap kesehatan
manusia maupun lingkungan.
Manufaktur
Manufaktur
skala nano dibagi menjadi dua , yaitu top
down dan bottom up
Top
down merupakan manufaktur yang melibatkan pemecahan partikel
yang lebih besar menjadi partikel nano secara fisik atau kimiawi. Contohnya adalah
pengecilan ukuran dengan penggilingan mekanis, homogenisasi seperti pada
pemecahan globula-globula lemak pada dairy
product.
Bottom up merupakan manufaktur yang membuat
materi-materi yang lebih kecil menjadi lebihe besar dalam ukuran nano. Contoh
kristalisasi, deposisi lapis-demi-lapis, ekstraksi/evaporasi pelarut,
self-asembly, sintesis mikrobial, dan reaksi biomassa, serta self assembly entitas biologis yang
menghasilkan nanomaterial stabil, yaitu kasein misel
Stabilitas Emulsi
Ukuran droplet-droplet kecil pada
emulsi memberikan sifat reologi dan sifat tekstural nanoemulsi yang unik yang
membuat enak untuk disentuh dan bersifat transparan, serta tidak mudah pecah
emulsinya. Contoh es krim dan mayonnaise rendah lemak.
Nutrasetikal pada Skala
Nano
Mengurangi ukuran partikel senyawa nutrasetikaldapat
meningkatkan avaibilitas, mengantarkan sifat propertis, dan kelarutan bioaktif,
serta meningkatkan stabilitas selama pemrosesan, penyimpanan, dan distribusi.
Asam lemak Omega-3, beberapa bakteri probiotik, likopen, Vitamin D2, dan beta-karoten
dapat dibuat menjadi ukuran nano.
Nanoenkapsulasi
Nanoenkapsulasi adalah teknologi untuk
mengenkapsulasi suatu senyawa dalam ukuran kecil. Fungsinya dapat menjaga
stabilitas enzim agar tidak mudah, menutupi rasa yang tidak diinginkan, meningkatkan
bioavaibilitas. Salah satu jenis nanoenkapsulator yang dapat digunakan adalah
alfa laktabulmin yang dapat diperoleh dari protein susu untuk mengenkapsulasi
vitamin dan mineral, nutrasetikal, dan senyawa flavor. Selain itu, zein yang
merupakan protein dalam jagung juga dapat menjadi nanoenkapsulator bagi senyawa
flavor.
Nanocolorant
Penggunaan
pewarna yang larut minyak seperti senyawa beta-karoten ke dalam minuman yang
bersifat polar contohnya air menjadi mungkin dilakukan dengan menggunakan
teknologi nanoemulsi baik emulsi oil in water
(O / W) atau water in oil (W / O). Pembuatan
senyawa nanopartikel dengan menggunakan asam alginate dan ion-ion kalsium dapat
menyebabkan pewarna yang sifatnya larut dalam minyak dapat larut dalam air
dalam larutan aqueous.
Nanopackaging
Penambahan
nanopartikel Ag apabila digunakan untuk melapisi bahan pangan akan memperpanjang
umur simpan dari bahan pangan dengan menyerap dan mendekomposisi gas etilen
sehingga buah akan lebih lambat matangnya dan tidak mudah rusak. Selain itu
penambahan Ag juga berdampak pada menurunnya jumlah mikroorganisme. Penurunan
jumlah mikroorganisme disebabkan oleh sel-sel nutrien mikroorganisme terserap
pada luas permukanan nanomaterial yang menyebabkan sel-sel itu tidak mendapat
makanan. Beberapa nanomaterial menginduksi kematian sel dalam sel eukariotik dan
penghambatan pertumbuhan dalam prokariotik sel karena
sitotoksisitas. Pada makanan expired date biasa ditentukan oleh nanosensor yang
dapat mendeteksi indicator spesifik dari metabolisme patogen atau dapat memberitahu
konsumen tentang sejarah suhu produk, cahaya, paparan oksigennya.
Regulasi
Nanoteknologi
sendiri sudah ada standarnya di Indonesia yang diatur dalam beberapa SNI.
Namun, akses SNI sendiri membutuhkan izin untuk mengakses SNI yang berhubungan
dengan nanoteknologi. Regulasi internasional sendiri dibagi menjadi dua,
regulasi horizontal dan vertikal.
Regulasi horizontal mengatur mengenai pembuatan atau manufaktur yang berkaitan
dengan nanoteknologi. Sementara regulasi vertikal mengatur mengenai batas maksimum
penggunaan nanoteknologi pada produk-produk, termasuk produk pangan. Maka dari
itu, kita harus “melek mata” terhadap
perkembangan zaman, termasuk nanoteknologi pada industri pangan. Bila ingin
mengetahui lebih lanjut dapat melihat di https://tinyurl.com/ybvtucv3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar