Ilustrasi. Sumber: https://tinyurl.com/y96m88p5 |
Makanan
selain mengenyangkan dapat memenuhi kepuasan emosional. Dalam memilih suatu
makanan parameter pertama yang terlihat dan dapat dinilai adalah warna. Warna
pada makanan dapat mencerminkan persepsi rasa (contoh bila warna oranye maka
konsumen berasumsi bahwa rasa makanan itu adalah jeruk), warna juga dapat
menentukan kualitas suatu makanan (kesegaran, kematangan, kerusakan dll).
Selain itu, warna juga menunjukkan suatu keaslian produk tersebut. Maksudnya
konsumen yang cerdas dapat menilai apakah makanan menggunakan pewarna tambahan
atau tidak.
Di
Indonesia penggunaan pewarna diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia nomor 37 tahun 2013 tentang Batas Maksimum
Penggunaan Pewarna. Secara harafiah pewarna (colour) adalah bahan tambahan pangan
berupa pewarna baik secara alami dan secara sintetis, yang ketika ditambahkan
atau diaplikasikan pada pangan mampu memberi atau memperbaiki warna. Jenis
pewarna bahan pangan dibagi menjadi dua, yaitu pewarna alami (natural food
colour) adalah pewarna yang dibuat melalui proses ekstraksi, isolasi, atau
derivatisasi (sintesis parsial atau diturunkan) dari tumbuhan, hewan, mineral
atau sumber alami lain, termasuk jenis pewarna identik alami. Pewarna sintetis
(synthetic food colour) adalah pewarna yang diperoleh dengan disintesis secara
kimiawi.
Jenis
BTP pewarna alami beserta (Acceptable Daily Intake) ADI masing-masing yang
diperbolehkan terdiri atas:
1.
Kurkumin CI. No. 75300 (Curcumin):
0-3 mg/kg berat badan
2.
Riboflavin (Riboflavins): 0-0,5 mg/kg
berat badan
3.
Karmin dan ekstrak cochineal CI. No. 75470 (Carmines
and cochineal
extract): 0-5 mg/kg berat badan dan tidak
dinyatakan (toksisitas rendah dan tidak mengganggu kesehatan)
4.
Klorofil CI. No. 75810 (Chlorophyll):
tidak dinyatakan
5. Klorofil
dan klorofilin tembaga kompleks CI. No. 75810 (Chlorophylls
and chlorophyllins, copper complexes): 0-15 mg/kg berat badan
6.
Karamel I (Caramel I – plain): tidak
dinyatakan
7.
Karamel III amonia proses (Caramel III -
ammonia process): 0–200 mg/kg berat badan (dalam bentuk cair) atau 0-150
mg/kg berat badan (dalam bentuk padatan)
8.
Karamel IV amonia sulfit proses (Caramel
IV - sulphite ammonia
process): 0–200 mg/kg berat badan (dalam
bentuk cair) atau 0-150 mg/kg berat badan (dalam bentuk padatan)
9.
Karbon tanaman CI. 77266 (Vegetable
carbon): tidak dinyatakan
10.
Beta-karoten (sayuran) CI. No. 75130 (Carotenes,
beta (vegetable)): tidak dinyatakan
11.
Ekstrak anato CI. No. 75120 (berbasis bixin)
(Annatto extracts, bixin
based): 0-12 mg/kg berat badan (sebagai bixin)
12.
Karotenoid (Carotenoids): 0-5 mg/kg
berat badan
13.
Merah bit (Beet red): tidak
dinyatakan
14.
Antosianin (Anthocyanins): 0-2,5
mg/kg berat badan
15.
Titanium dioksida CI. No. 77891 (Titanium
dioxide): Tidak dinyatakan
Jenis
BTP pewarna sintetis beserta (Acceptable Daily Intake) ADI masing-masing yang
diperbolehkan terdiri atas:
1.
Tartrazin CI. No. 19140 (Tartrazine):
0 – 7,5 mg/kg berat badan
2.
Kuning kuinolin CI. No. 47005 (Quinoline
yellow): 0 – 5 mg/kg berat badan
3.
Kuning FCF CI. No. 15985 (Sunset yellow
FCF): 0 – 4 mg/kg berat badan
4.
Karmoisin CI. No. 14720 (Azorubine
(carmoisine)): 0 – 4 mg/kg berat badan
5.
Ponceau 4R CI. No. 16255 (Ponceau 4R
(cochineal red A)): 0 – 4 mg/kg berat badan
6.
Eritrosin CI. No. 45430 (Erythrosine):
0 – 0,1 mg/kg berat badan
7.
Merah allura CI. No. 16035 (Allura red AC):
0 – 7 mg/kg berat badan
8.
Indigotin CI. No. 73015 (Indigotine
(indigo carmine)): 0 – 5 mg/kg berat badan
9.
Biru berlian FCF CI No. 42090 (Brilliant blue
FCF): 0 -12,5 mg/kg berat badan
10.
Hijau FCF CI. No. 42053 (Fast green
FCF): 0 – 25 mg/kg berat badan
11.
Coklat HT CI. No. 20285 (Brown HT): 0
– 1,5 mg/kg berat badan
BTP pewarna
di atas dilarang dipergunakan untuk:
a. Menyembunyikan
penggunaan bahan (satu atau lebih) yang tidak memenuhi persyaratan;
b. Menyembunyikan
cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi pangan yang baik (CPPB) untuk
pangan
c. Menyembunyikan
kerusakan bahan atau produk pangan.
Bila
terjadi pelanggaran terhadap ketentuan dalam regulasi ini maka dapat dikenai
sanksi administratif berupa:
a. Peringatan
secara tertulis
b. Larangan
mengedarkan produk untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk penarikan
kembali produk dari peredaran
c. Perintah
pemusnahan, jika terbukti tidak memenuhi persyaratan keamanan atau mutu
d. Pencabutan
izin edar.
Sekian
untuk tulisan kali ini apabila ingin mempelajari lebih lanjut dapat dilihat di https://tinyurl.com/y7cnv7v4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar